Jumat, 22 Juni 2012

MANAJEMEN KEUANGAN PONDOK PESANTREN




I.                   PENDAHULUAN
 Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dalam kaitannya dengan sistem pendidikan nasional merupakan salah satu jenis pendidikan dalam satuan pendidikan luar sekolah yang dilembagakan. Dalam pondok pesantren tentunya tak akan terlepas dari pengelolaan keuangan yang menuntut kemampuan pondok pesantren untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan.
      Manajemen keuangan dalam pesantren tentunya perlu dilakukan untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana dalam rangka mengefektifkan kegiatan pembelajaran, dan meningkatkan prestasi dan ketrampilan para santri.

II.                RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas:
1.      Apa pengertian manajemen keuangan?
2.      Apa saja prinsip-prinsip pengelolaan keuangan pondok pesantren?
3.      Bagaimana perencanaan dan pelaksanaan manajemen keuangan pondok pesantren?
4.      Bagaimana evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan?

III.             PEMBAHASAN
A.  Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan merupakan pengelolaan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh pendidikan dan usaha-usaha bagaiman menggunakan dana tersebut secara efektif dan efisien.
Pembiayaan atau pendanaan pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerinttah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah pusat  dan pemerintah darerah untuk menyediakan anggaran pendidikan berdasarkan prinsip, keadilan, kecukupan dan berkelanjutan. [1]
Pengertian lain dari pembiayaan pendidikan merupakan pembiayaan pendidikan  dari jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan  yang mencangkup: bisyaroh ustad, peningkatan professional ustad, pengadaan dan perbaikan sarana prasarana, pengadaan alat-alat dan dan buku pelajaran, alat tulis kantor (ATK), kegiatanpengembangan keterampilan, kegiatan pengelolaan pendidikan.

B.  Prisip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok Pesantren
Penggunaan anggaran dan keuangan, dari sumber manapun, baik pemerintah ataupun dari masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan pengelolaan keuangan sebagai berikut:
1.      Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan.
2.      Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program / kegiatan.
3.      Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan serta disertai bukti penggunaannya.
4.      Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam negeri sejauh dimungkinkan. [2]

C.     Perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan keuanga pondok pesantren
Pihak pesantren bersama komite atau majelis pesantren pada setiap awal tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan dan belanja pondok pesantren (RAPBPP) sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan, manajemen keuangan yang baik.
Anggaran sendiri merupakan rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah dalam jangka waktu atau periode tertentu, serta alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian kegiatan. Anggaran memiliki peran penting di dalam perencanaan, pengendalian dan evaluasi kegiatan yang dilakukan pondok pesantren.  Untuk itu setiap penanggung jawab program kegiatan di pesantren harus menjalankan kegiatan sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Ada dua bagian pokok anggaran yang harus diperhatikan dalam penyusunan RAPBPP, yaitu :
a.       Rencana sumber atau target penerimaan/ pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, termasuk di dalamnya sumber-sumber keuangan dari :
1.      Kontribusi santri
2.      Sumbangan dari individu atau organisasi
3.      Sumbangan dari pemerintah (Bila Ada)
4.      Dari hasil usaha pesantren
b.      Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun yang bersangkutan. Semua penggunaan keuangan pesantren dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik juga. Penggunaan keuangan pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan pengelolaan pesantren, termasuk untuk dana oprasional harian, pengembangan sarana dan prasarana pesantren, untuk honorarium/gaji/infaq semua petugas/pelaksana di pesantren.[3]

D.     Pertanggungjawaban Keuangan
Semua pengeluaran keuangan Pondok Pesantren dari sumber manapun harus dipertanggungjawabkan. Pertanggung jawaban tersebut menjadi bentuk dari transparasi pengelolaan keuangan. Pada prinsipnya pertanggung jawaban tersebut dilakukan dengan mengikuti aturan dari sumber anggaran. Namun demikian prinsip transpari dan kejujuran dalam pertanggung jawabn keuangan pondok pesantren harus tetap dijunjung tinggi. Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan pondok pesantren adalah sebagai berikut:
1.      Pada setiap akhir tahun anggaran, bendaharawan harus membuat laporan keuangan kepada komite/majelis pesantren untuk dicocokkan dengan RAPBPP.
2.      Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti-bukti laporan yang ada, termasuk bukti penyetoran pajak (PPN & PPh) bila ada.
3.      Kuitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan berupa tanda tangan, penerimaan honorarium/bantuan/bukti pengeluaran lain yang sah.
4.      Neraca keuangan juga harus ditunjukkan untuk diperiksa oleh pertanggung jawaban keuangan dari komite pondok pesantren.[4]

IV.              KESIMPULAN
Manajemen Keuangan merupakan pengelolaan kegiatan-kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan oleh pendidikan dan usaha-usaha bagaiman menggunakan dana tersebut secara efektif dan efisien.


V.                 PENUTUP
Demikian makalah ini kami sajikan, dengan kurangnya pengetahuan yang dimiliki, karena kesempurnaan hanyalah  milik Allah SWT dan segala kekurangan hanyalah milik kami. Maka dari itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi revisi makalah kami selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Ara dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prionsip dan aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah, Bandung:Pustaka Educa, 2010.
Masyhud, Shulton dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pistaka,2003, Cet.I.
Sulthon dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantern dalam Perspektif Global, Yogyakarta:LaksBang, 2006, cet 1.




[1] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prionsip dan aplikasi dalam mengelola sekolah dan madrasah,(Bandung:Pustaka Educa, 2010),hlm.165-167

[2] Shulton Masyhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pistaka,2003), Cet.I., hlm 187
[3] Sulthon dan Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantern dalam Perspektif Global, (Yogyakarta:LaksBang, 2006)cet 1, hlm.261-262
[4] Ibid,hlm.267-268

NUANSA EDUTAINMENT DALAM PAUD




                I.            PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan mengembankan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembelajaran dalam Pendidikan Anak usia Dini sering  sekali diisi dengan berbagai kegiatan bernuansa hiburan, permainan, dan segala macam kegiatan yang sifatnya mampu menghibur dan menarik minat anak untuk tetap berkonsentrasi dalam menerima pembelajaran. Hal itu sesuai dengan konsep edutainment karena dengan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitar. Oleh karena itu pada pembahasan kali ini mencakup tetnang hal-hal yang berhubungan dengan konsep Edutainment dan karakteristiknya.

             II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian dari Edutainment?
B.     Bagaimana karakteristik Edutainment dalam PAUD?

          III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Edutainment
Ada upaya untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan dalam dunia pendidikan yakni saat munculnya konsep edutainment yang mencoba memadukan antara dua aktivitas. Kata Edutainment itu sendiri terdiri atas dua kata, yaitu education dan entertainment. Education memiliki arti pendidikan, dan entertainment artinya hiburan. Dari segi bahasa, edutainment memiliki arti pendidikan yang menyenangkan. Sedangkan dari segi terminologi, edutainment as a form of entertainment that is designed to be educational. Jadi, edutainment bisa dideskripsikan sebagai proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antar muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktifitas pembelajaran berlangsung menyenangkan.[1]
Dalam konsep edutainment setiap proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan. Oleh sebab itu, konsep edutainment menjadi salah satu terobosan dalam proses pembelajaran, salah satu terobosan dalam pembelajaran yang selama ini hanya dipahami sebagai proses belajar mengajar didalam kelas, padahal proses belajar diluar kelas juga dapat memacu kreatifitas anak didik.
Belajar yang menyenangkan, menurut konsep edutainment, bisa dilakukan dengan menyelipkan humor dan permainan (games) ke dalam proses pembelajaran, atau bisa juga dengan cara yang lain, misalnya dengan menggunakan metode bermain peran (roleplay), demonstrasi, dan menggunakan multimedia. Tujuannya adalah agar pembelajar (murid) bisa mengikuti dan mengalami proses pembelajaran dalam suasana yang gembira, menyenangkan, menghibur, dan mencerdaskan.[2]
Anak – anak juga akan sanggup bertahan lama dan melakukan kegiatan belajar secara terus – menerus dan terjadi konsentrasi yang bermakna, jika pada mereka disajikan kegiatan-kegiatan yang mnyenangkan baginya. Mereka akan mempertahankan minatnya pada satu kegiatan jika memang di dalam kegiatan tersebut terdapat sesuatu yang merangsang dan menyenangkan bagi dirinya.[3]

B.     Karakteristik Edutainment dalam PAUD
Berdasarkan konsep (teori) belajar yang telah dipaparkan diatas, maka bisa ditemukan beberapa prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment.
a.       Konsep edutainment merupakan rangkaian pendekatan guna menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar, sehingga diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar. Konsep ini dirancang agar proses belajar mengajar dilakukan secara holistik dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari bergbagai disiplin ilmu, seperti pengetahuan tentang cara kerja otak dan memori, motivasi, konsep diri, emosi (perasaan), metakognisi, gaya belajar, kecerdasan majemuk, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya.
b.      Konsep dasar edutainment, berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ada tiga asumsi yang menjadi landasannya yakni:
1.      Perasaan gembira
Suasana gembira akan mempengaruhi cara kerja otak dalam memproses, menyimpan dan mengambil informasi dengan mudah. Dalam upaya menciptakan kondisi ini, maka konsep edutainment mencoba memadukan antara pendidikan dan hiburan. Karena seorang anak tidak bisa belajar secara efektif apabila anak tersebut dalam keadaan stres. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka dan nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi orang tua agar relaks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak melebihi kemampuannnya. Suasana pembelajaran yang diciptakan dapat merujuk kepada atmosfir seperti di rumah, sehingga anak-anak menikmatinya dengan rasa rileks dan terhindar dari berbagai tekanan yang akan menjadikan stres.[4]
2.      Mengembangkan emosi positif anak
Ketika suatu pelajaran melibatkan suatu emosi yang positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas guru dan orang tua untuk menciptakan permainan-permainan yang dapat menjadi wadah dan sarana anak untuk belajar, misalnya melalui drama, warna, humor, dan lain-lain.
3.      Optimalisasi potensi nalar anak secara jitu mampu membuat loncatan prestasi beljar secara berlipat ganda.
Berbagai neokorteks dari otak terbagi dalam beberapa fungsi khusus, seperti fungsi bicara, mendengar, melihat, dan meraba. Jika ingin memiliki memori yang kuat maka informasi harus disimpan menggunakan semua indra. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman konkrit yang aktif. Misalnya, untuk memahami konsep ”bulat” yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat, meraba, atau dnegan cara menggelindingkan bola.[5]
c.       Konsep edutainment menawarkan suatu sistem pembelajaran yang dirancang dengan satu jalinan yang efisien, meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran. Konsep ini menempatkan anak sebagai pusat dari proses pembelajaran, dan sekaligus sebagai subjek pendidikan. Bukan sebagai objek pendidikan. Menurut konsep ini, proses pembelajaran terbaik yang perlu diberikan kepada anak didik adalah proses pembelajaran yang diawali dengan menggali dan mengerti kebutuhan anak didik. Sedangkan berangkat dari sini, seorang pendidik harus bisa membawa anak didik, melalui suatu metode pembelajaran yang benar, agar anak bisa berkembang sesuai dengan potensi mereka seutuhnya.
d.      Dalam konsep edutainment, proses dan aktifitas pembelajaran tidak lagi tampil dalam wajah yang menakutkan, tetapi dalam wujud yang humanis dan dalam interaksi edukatif yang terbuka dan menyenangkan. Interaksi edukatif seperti ini akan memnawakan aktifitas belajar yang efektif dan menjadi kunci utama suksesnya sebuah kunci pembelajaran. Asumsinya, jika manusia mampu menggunakan potensi nalar secara jitu, maka ia akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa diduga sebelumnya.[6] Apabila dikontekskan, maka pendidikan anak usia dini harus dapat merangsang dan membangun munculnya potensi dan kecerdasan anak, bukan mematikan potensi tersebut. Oleh karena itu, pendidik anak usia dini perlu memahami karakteristiknya, yaitu:
1.      Anak bukan miniatur orang dewasa
2.      Anak masih dalam tahap berkembang
3.      Setiap anak unik
4.      Dunia anak adalah dunia bermain
5.      Anak belum tahu benar salah
6.      Setiap karya anak berharga
7.      Setiap anak butuh rasa aman.

                         IV.            ANALISIS
Pada dasarnya semua kegiatan yang ada di lembaga sekolah dengan peserta didik berusia dini khususnya PAUD dan TK telah menerapkan konsep edutainment. Hal itu berdasarkan pengamatan kami pada setiap pembelajaran yang ada di TK dan PAUD. Konsep edutainment yang berarti penggabungan antara pendidikan dengan hiburan memang tidak secara jelas mereka sebutkan. Namun, pada dasarnya sekolah bagi anak usia dini selalu menerapkan atau menggunakan konsep fun yang dikemas dalam bentuk permainan, eksperimen, nyanyian dan gerak yang semuanya itu mencakup beberapa materi pelajaran yang harus anak-anak pahami.
Seperti pembelajaran yang ada di PAUD BIAS (Bina Anak Sholeh) yang menerapkan kegiatan dari Learning by Doing. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatakan Confucius, yaitu :
What i hear, I forget                 (apa yang saya dengar, saya lupa)
What I see, I remember            (apa yang saya lihat, saya ingat)
What I do, I understand           (apa yang saya lakukan, saya paham)
Ustadzah Tri, seorang guru di PAUD BIAS (Bina Anak Soleh) tersebut  menyatakan bahwa beliau membiarkan anak belajar wudhu, walaupun basah semua. Membiarkan anak belajar sholat meski hanya satu rokaat. Beliau juga membiasakan do’a – do’a sesuai dengan konteks kegiatannya, dan dilakukan dengan pendekatan habit forming agar anak secara otomatis menguasainya.
Walaupun anak-anak melakukan kesalahan dalam mempraktikan, misalnya wudlu dan sholat tersebut, namun dengan membiarkan anak merasa nyaman dan tidak memarahinya mereka akan lebih mudah untuk diberitahu secara perlahan. Jika dalam pembelajaran kita melakukan pendakat persuasiv dan mengikuti kemauan anak, maka anak tidak akan merasa terpaksa dengan adanya proses pembelajaran yang berlangsung. Sehingga minimbulkan perasaan senang dan membuat siswa kerasan disekolah.

                            V.            KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep edutainment merupakan suatu konsep yang menggabungkan antara pendidikan dan hiburan. Menurut konsep edutainment, pendidikan dan hiburan yang dimaksud bisa dilakukan dengan menyelipkan humor dan permainan (games) ke dalam proses pembelajaran, atau bisa juga dengan cara yang lain, misalnya dengan menggunakan metode bermain peran (roleplay), demonstrasi, dan menggunakan multimedia.
Beberapa prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment, yaitu :
1.      Merupakan rangkaian pendekatan guna menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar.
2.      Berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan.
3.      Menawarkan sistem pembelajaran yang dirancang dengan satu jalinan yang efisien, meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.

DAFTAR PUSTARA
Hamruni, Edutainment dalam Pendidikan Islam dan Teori-teori Pembelajaran Quantim, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009
Suyadi, Psikologi Belajar PAUD, Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka Abadi (BiPA), 2010
Mariyana, Rita, Ali Nugraha, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta : Kencana, 2010


[1] Hamruni, Edutainment dalam Pendidikan Islam dan Teori-teori Pembelajaran Quantim, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm 50
[2] Suyadi, Psikologi Belajar PAUD (Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka Abadi (BiPA), 2010), hlm 223
[3] Rita Mariyana, Ali Nugraha, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.9
[4] Ibid, hlm.24
[5] Suyadi, op.cit. hlm 230
[6] Hamruni, op.cit, hlm 44