Sabtu, 13 Oktober 2012

pelatihan






Perencanaan Mata Diklat
                               I.            Pendahuluan
Pendidikan adalah bagian dari upaya pengembangan sumber daya manusia. Banyak hal yang dapat dilakukan orang untuk melakukan investasi bagi sunber daya manusia di masa depan, salah satunya adalah dengan pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
Dalam pendidikan kadang terdapat kegiatan latihan, dan dalam pelatihan didalamnya ada proses pendidikan, jadi sangat sulit memisahkan keduanya, maka pada system birokrasi di Indonesia terdapat satu unit kegiatan pendidikan dan latihan disingkat Diklat.
Langkah paling utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program diklat adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) atau Training Needs Assessment (TNA). Analisis kebutuhan diklat memiliki kaitan erat dengan perencanaan diklat. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya dimiliki oleh pegawai.
            Diklat dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja pegawai, proses dan organisasi, sudah luas diakui. Tapi masalahnya banyak diklat yang diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya investasi yang ditanamkan melalui diklat kurang dapat dilihat hasilnya.
                            II.            Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas:
A.    Bagaimana analisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan?
B.     Bagaimana langkah-langkah perencanaan pendidikan dan pelatihan?
C.     Apa tujuan  pendidikan dan pelatihan?
D.    Apa saja materi pendidikan dan pelatihan guru dan calon kepala sekolah?




                         III.            Pembahasan
A.    Analisis Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan
Setiap upaya peningkatan mutu pegawai pada pemberian pelatihan pegawai akan memberi hasil secara efektif, apabila perancangan program pelatihan dibuat atas dasar analisis kebutuhan pelatihan (training need analisis).[1]
            Sebelum mengetahui analisiss kebutuhan pendidikan dan pelatihan alangkah baiknya  kita mengetahui  pengertian-pengertiannya. Sebagai mana menurut Briggs Kebutuhan adalah “ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang kenyataanya”. Gilley dan Eggland  menyatakan bahwa kebutuhan adalah “kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan. Dalam dunia kerja, kebutuhan juga diartikan sebagai masalah kinerja.
            Pendidikan dan pelatihan (diklat) mempunyai arti penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. Jadi, Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien. Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara kebutuhan diklat adalah kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap seorang pegawai sehingga kurang mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya dalam suatu satuan organisasi. Dengan demikian kebutuhan diklat dapat diartikan sebagai kesenjangan kemampuan pegawai yang terjadi karena adanya perbedaan antara kemampuan yang diharapkan sebagai tuntutan pelaksanaan tugas dalam organisasi dan kemampuan yang ada.
            Konsep dasar pemikiran kebutuhan diklat adalah adanya deskrepansi kemampuan kerja. Sesuai dengan tingkatan dalam pengungkapan kebutuhan diklat maka deskrepansi dapat terjadi pada seseorang pejabat/pelaksana pekerjaan terhadap tugas di dalam organisasi, jabatan maupun terhadap tugas individu.
      Menurut Johanes Popu  Analisis kebutuhan pelatihan, memberikan beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:[2]
1.      Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk    memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas      perusahaan.
2.      Memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar    orang-orang yang tepat.
3.      Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama     pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut        dalam suatu jabatan tertentu.
4.      Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan.
5.      Memastikan bahwa penurunan kinerja/kurangnya kompetensi atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti             membutuhkan sejumlah dana.

            Agar program pelatihan dan pengembangan dapat berhasil baik maka harus diperhatikan delapan faktor sebagai berikut (Dale Yorder dalam Moh. Asad 1987):[3]
1. Individual differences
            Sebuah program diklat akan berhasil jika kita memperhatikan individual diference para peserta diklat. Perbedaan individu meliputi faktor fisik maupun psikis. Oleh karena itu dalam perencanaan program diklat harus memperhatikan faktor fisik seperti bentuk dan komposisi tubuh, dan fisik, kemampuan panca indera maupun faktor psikis seperti intelegensi, bakat, minat , kepribadian, motivasi , pendidikan para peserta diklat. Keberhasilan program diklat sangat ditentukan oleh pemahaman karakteristik peserta diklat terkait dengan individual difference.
2. Relation to Job analisis
            Untuk memberikan program diklat terlebih dahulu harus diketahui keahlian yang dibutuhkan. Dengan demikian program diklat dapat diarahkan atau ditujukan untuk mencapai keahlian tersebut. Suatu program diklat yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja pada keahlian tertentu akan merugikan semua pihak baik masyarakat , industri maupun lembaga penyelenggara diklat itu sendiri.
3. Motivation
            Motivasi adalah suatu usaha menimbulkan dorongan untuk melakukan tugas. Sehubungan dengan itu ,program diklat sebaiknya dibuat sedemikian rupa agar dapat menimbulkan motivasi bagi peserta. Penumbuhan motivasi itu sangat pentng sehingga mampu mendoromng peserta untuk mengikuti program diklat dengan baik dan mampu memberikan harapan lebih baik dibidang pekerjaan setelah berhasil menyelesaikan program diklat .
4. Active participation
            Didalam pelaksanaan program diklat harus diupayakan keaktifan peserta didalam setiap materi yang diajarkan. Pemilihan materi dan strategi pembelajaran yang tepat oleh para trainer sangat menentukan keberhasilan. Pemberian umpan balik kepada peserta pada setiap komunikasi maupun evaluasi akan semakin mengembangkan motivasi dan pengetahuan yang diperoleh. Penyusunan materi(kurikulum) yang berbasis kompetensi maupun berbasis luas dengan pengembangan aspek kecakapan hidup peserta menjadi kekuatan untuk menarik perhatian dan minat peserta diklat.
5. Selection of trainess
            Program diklat sebaiknya ditujukan kepada mereka yang berminat dan menunjukkan bakat untuk dpat mengikuti program diklat. Oleh karena ini sangat pentinn dilakukan proses seleksi untuk pelaksanaan program dilakukan. Berbagai macam tes seleksi dapat dilakukan misalnya test potensi akademik. Disampin itu adanya seleksi juga merupakan faktor perangsang untuk meningkatkan image peserta maupun penyelenggara diklat.
6. Selection of trainer
            Pemilihan pemateri/pengajar untuk penyampaian materi diklat harus disesuaikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan dan kemampuan mengajar. Seorang trainer yang cakap belum tentu dapat berhasil menyampaikan kepandaiannya kepada orang lain. Oleh karena itu pengajar program diklat harus memiliki kualifikasi dalam bidang pengajaran dan mampu memilih strategi pembelajaran yang tepat dengan memeprhatikan individual difference peserta diklat.
7. Trainer training
            Kompetensi trainer juga perlu ditingkatakan. Untuk itu mengingat trainer menjadi ujung tombak dalam keberhasilan program diklat maka sebelum mengemban tanggung jawab untuk memberkan pelatihan maka para trainer harus diberikan pendidikan sebagai pelatih.
8. Training methods
            Metode yang digunakan dalam program diklat harus sesuai dengan jenis diklat yang diberikan. Strategi pembelajaran menjadi senjata utama dalam keberhasilan program diklat.

Adapun fungsi dari analisis kebutuhan diklat adalah: [4]
1. Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja;
2. Mengumpulkan informasi tentang job content dan job context;
3. Mendefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang            operasional;
4. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan;
5. Memberi data untuk keperluan perencanaan

     Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegiatan analisis kebutuhan diklat, yaitu manfaat langsung dan tidak langsung.
Manfaat langsung adalah :
1. Menghasilkan program diklat yang disusun sesuai dengan kebutuhan            organisasi, jabatan dan individu.
2. Sebagai dasar penyusunan program diklat yang tepat.
3. Menambah motivasi peserta diklat dalam mengikuti diklat karena sesuai       dengan minat dan kebutuhannya.
Sedangkan manfaat tidak langsung adalah :
1. Menjaga produktivitas kerja
2. Meningkatkan produktivitas dalam menghadapi tugas-tugas baru.
3. Efisiensi biaya organisasi

B.     Langkah-langkah Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan
Untuk mendapatkan hasil pelatihan yang diinginkan, dibutuhkan langkah-langkah perencanaan dalam pendidikan dan latihan.
Adapun perencanaan pendidikan dan pelatihan  langkah-langkahnya sebagai berikut: [5]
1.      Menentukan kebutuhan pelatihan dengan menganalisis kebutuhan organisasi, analisis tugas, dan analisis kebutuhan individual para pelaksana tugas; menetapkan tujuan pelatihan.
2.      Menyusun kriteria  keberhasilan pelatihan. Langkah ini meliputi : Penentuan Pendekatan yang dipergunakan, apakah secara induktif, deduktif, praktikal, dan sebagainya. Misal pada materi situasional leadership, dipergunakan pendekatan deduktif, artinya konsep dikenalkan lebih dahulu, baru menyusul kemudian ilustrasi dan contoh dari dunia nyata. Langkah ini berguna untuk menentukan urutan logik dari materi yang disampaikan. Dan Penentuan langkah-langkah praktis yang akan ditempuh pada waktu pengajaran atau pelatihan. Langkah praktis itu menggambarkan tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan agar step logik di depan dapat dipenuhi. Langkah ini merujuk kepada pendekatan yang dipergunakan oleh guru / pemandu.
3.      Melaksanakan pelatihan yang mencakup langkah kegiatan: memilih metode pelatihan, menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran, serta melakukan pelatihan. Metode ini dipilih untuk tiap langkah praktis yang telah dirumuskan. Bisa saja dalam satu langkah digunakan beberapa metode, dan begitu pula sebaliknya. Berikut ini ada tabel yang barangkali bisa membantu pemilihan metode yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
4.      Menilai program pelatihan yang meliputi langkah-langkah pengukuran, membandingkan antara hasil pelatihan dengan kriteria keberhasilan pelatihan, dan memperoleh umpan balik bagi setiap fungsi pengelolaan program pelatihan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian serta semua langkah dalam fungsi masing-masing. Alat evaluasi atau instrumen evaluasi dipergunakan dalam menilai proses maupun produk pengajaran / pelatihan yang dilakukan. Untuk menentukan alat evaluasi yang cocok bisa didasarkan kepada tujuan pengajaran / pelatihan maupun pertimbangan yang lain. Tentang jenis alat evaluasi yang banyak dipergunakan untuk tiap domain tujuan, diuraikan pada naskah perancangan kurikulum.
C.     Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
            Secara umum pendidikan dan latihan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka, Terutama dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kepemimpinan dan manajerial yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. [6]
      Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesr-besarnya diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan latihan (diklat). Pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pada pegawai dimaksudkan agar terjamin keserasian pembinaan pegawai.  Pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan meliputi kegiatan perencanaan, termasuk perencanan anggaran, penentuan standar,pemberian akreditasi, penilaian, dan pengawasan. Dengan kata lain pelatihan merupakan salah satu pengalaman belajar terstruktur dengan tujuan mengembangkan kemampuan menjadi keterampilan khusus, pengetahuan atau sikap tertentu.

      Tujuan pendidikan dan pelatihan pegawai antara lain adalah:[7]
1.      Meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian dan keterampilan
2.      Mencipkatan pola pikir yang sama
3.      Menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik
4.      Membina karir pegawai
Berdasarkan peraturan pemerintah no 101 tahun 2000 tentang pendidikan dan latihan jabatan Pegawai Negri Sipil pasal 2 dan 3 bahwa diklat bertujuan agar:
1.      Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melaksanakan tugas jabatan secara operasional dengan didasari kepribadian etika pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan instansi.
2.      Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa
3.      Memantapkan sikap dan  semangatkepribadian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, pemberdayaan masyarakat.
4.      Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola berfikir dalam melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan demi terwujudnya  pemerintahan yang baik.
D.    Materi Pendidikan dan Pelatihan Guru dan Calon Kepala Sekolah
      Pemberian materi dalam kegiatan  pendidikan dan latihan ada  perlu mencakup dua hal, yaitu: pertama, Kesesuaian materi diklat dengan tugas dan pekerjaan peserta. Kedua, penerapan atau aplikasi materi diklat dalam pelaksanaan tugas. Dengan kata lain materi dalam tiap diklat berbeda disesuaikan pada kebutuhan peserta diklat.
Untuk materi diklat guru mencakup empat kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogic, professional, kepribadian dan social. Adapun rincian materi diklat sesuai dengan ketetapan Dirjen Dikti/Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru, dengan struktur program sebagai berikut:[8]
1.      Pengembangan profesionalitas guru
2.      Pendalaman materi mata pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian besar guru
3.      Model-model pembelajaran PAIKEM
4.      Pemanfaatan media pembelajaran
5.      Program pembelajaran (RPP)
6.      Pengembangan system penilaian
7.      Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
8.      Pelaksanaan pembelajaran (peer teaching)
Runtutan pemberian materi untuk  calon kepala sekolah kurang lebih adalah demikian:[9]
1.      Permen NO. 13 tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, salah satunya adalah tentang kompetensi manajerial, kepribadian, social dan kewirausahaan
2.      Kompetensi supervise memiliki tiga sub kompetensi yaitu:
a)      Merencanakan program supervisi akademik untuk meningkatkan profesionalisme guru
b)      Melaksanakan supervise terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat
c)      Meninjak lanjuti hasil supervisi akademik
3.      Secara konsep supervise akademik dinyatakan sebagai kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran.
                         IV.            ANALISIS
Fungsi utama departemen pendidikan dan latihan adalah menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapabilitas memenuhi kebutuhan perusahaan atau lembaga masa sekarang dan masa yang akan datang. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka departemen pendidikan dan latihan haruslah bersifat pro-aktif dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan agar dapat berjalan sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Sikap pro-aktif ini, salah satunya melalui penyusunan perencanaan pelatihan tahunan yang disusun berdasarkan kebutuhan organisasi. Namun, kenyataannya hal ini tidak selalu dilakukan oleh departemen pendidikan dan pelatihan lembaga atau perusahaan. penyebab paling utama adalah kurangnya pemahaman bagaimana menyusun perencanaan pendidikan dan latihan. Oleh karena itu perlu adanya penyusunan perencanaan materi pendidikan dan latihan. Perihal utama yang mesti dipahami ialah menyusun perencanaannya berdasarkan identifikasi kebutuhan pelatihan karena dengan manganalisis segala kebutuhan calon peserta diklat akan tampak jelas kecacatan dan kekurangan peserta diklat untuk dibenahi.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan perlu memerhatikan langkah-langkah pelaksanaannya, agar dalam hasil akhirnya sesuai dengan tujuan yang memang dirumuskan dari awal. Dan materi-materi dalam kegiatan ini bisa dipahami, dimengeri, dan yang paling penting bisa dipraktekkan oleh peserta diklat untuk menjadi pegawai yang lebih berkompeten.
                            V.            Kesimpulan
A.    Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau pelaksana pekerjaan tiap jenis jabatan atau unit organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan tugas yang efektif dan efisien.
B.     Langkah-langkah perencanaan diklat yaitu; menetapkan tujuan pelatihan, menyusun kriteria keberhasilan pelatihan, Melaksanakan pelatihan dan yang terahir evaluasi.
C.     Secara umum pendidikan dan latihan bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan mereka.
D.    materi dalam kegiatan  pendidikan dan latihan ada  perlu mencakup dua hal, yaitu: pertama, Kesesuaian materi diklat dengan tugas dan pekerjaan peserta. Kedua, penerapan atau aplikasi materi diklat dalam pelaksanaan tugas
                         VI.            PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca kami tunggu, guna perbaikan pada penyususnan makalah selanjutnya. Semoga maakalah ini bias bermanfaat bagi kita semua. Amin,,,












DAFTAR PUSTAKA

Ø  Mardianto,Pesantren Kilat Konsep, Panduan,& Pengembangan,Jakarta:CIPUTAT PRESS,2005
Ø  Panitia Sertifikasi Guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Rayon 6 IAIN Wali Songo Semarang 2010,Modul Untuk Narasumber Pendidikan dan Latihan Guru(PLPG),Semarang.2010
Ø  Sentana, Aso ,Key Result Area Pengayaan Potensi Kepemimpinan Bisnis Berbasis Kepuasan Pelanggan,Jakarta:Elex Media Kompetindo.2004
Ø  Supriyady Bratakusumah, Deddy & Dadang Sholihin,Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,Jakarta;Gramedia Pustaka Utama.2001
Ø  Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang, PT. IMTIMA,2007
Ø  http: // Checep05.wordpress.com/2011/12/16/materi-sesi-1-diklat-calon-kepala-sekolah-supervisi-pembelajaran/,2.34pm



[1] Aso Sentana,Key Result Area Pengayaan Potensi Kepemimpinan Bisnis Berbasis Kepuasan Pelanggan,(Jakarta:Elex Media Kompetindo.2004)hlm.94
[3] Ibid, 7.20 Am
[4] Ibid, 7.20 Am
[5] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4 Pendidikan Lintas Bidang,(PT. IMTIMA,2007), hlm 474
[6] Mardianto,Pesantren Kilat Konsep, Panduan,& Pengembangan,(Jakarta:CIPUTAT PRESS,2005)hlm 39-40
[7] Deddy Supriyady Bratakusumah & Dadang Sholihin,Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,(Jakarta;Gramedia Pustaka Utama.2001).hlm 104-105
[8] Panitia Sertifikasi Guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Rayon 6 IAIN Wali Songo Semarang 2010,Modul Untuk Narasumber Pendidikan dan Latihan Guru(PLPG),(Semarang.2010),hlm vii
[9] http: // Checep05.wordpress.com/2011/12/16/materi-sesi-1-diklat-calon-kepala-sekolah-supervisi-pembelajaran/,2.34pm