I.
PENDAHULUAN
Pendidikan
Anak Usia Dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam
melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan guna membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan
untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan
Anak Usia Dini bertujuan mengembankan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pembelajaran dalam
Pendidikan Anak usia Dini sering sekali
diisi dengan berbagai kegiatan bernuansa hiburan, permainan, dan segala macam
kegiatan yang sifatnya mampu menghibur dan menarik minat anak untuk tetap berkonsentrasi
dalam menerima pembelajaran. Hal itu sesuai dengan konsep edutainment
karena dengan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan,
dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitar. Oleh karena itu pada
pembahasan kali ini mencakup tetnang hal-hal yang berhubungan dengan konsep Edutainment
dan karakteristiknya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A. Apa
pengertian dari Edutainment?
B. Bagaimana
karakteristik Edutainment dalam PAUD?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Edutainment
Ada upaya untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
menyenangkan dalam dunia pendidikan yakni saat munculnya konsep edutainment
yang mencoba memadukan antara dua aktivitas. Kata
Edutainment itu sendiri terdiri atas dua kata, yaitu education
dan entertainment. Education memiliki arti pendidikan, dan entertainment
artinya hiburan. Dari segi bahasa, edutainment memiliki arti pendidikan
yang menyenangkan. Sedangkan dari segi terminologi, edutainment as a form of
entertainment that is designed to be educational. Jadi, edutainment
bisa dideskripsikan sebagai proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan
antar muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis, sehingga aktifitas
pembelajaran berlangsung menyenangkan.[1]
Dalam
konsep edutainment setiap proses pembelajaran harus dibuat menyenangkan.
Oleh sebab itu, konsep edutainment menjadi salah satu terobosan dalam
proses pembelajaran, salah satu terobosan dalam pembelajaran yang selama ini
hanya dipahami sebagai proses belajar mengajar didalam kelas, padahal proses
belajar diluar kelas juga dapat memacu kreatifitas anak didik.
Belajar
yang menyenangkan, menurut konsep edutainment, bisa dilakukan dengan
menyelipkan humor dan permainan (games) ke dalam proses pembelajaran,
atau bisa juga dengan cara yang lain, misalnya dengan menggunakan metode
bermain peran (roleplay), demonstrasi, dan menggunakan multimedia.
Tujuannya adalah agar pembelajar (murid) bisa mengikuti dan mengalami proses
pembelajaran dalam suasana yang gembira, menyenangkan, menghibur, dan
mencerdaskan.[2]
Anak
– anak juga akan sanggup bertahan lama dan melakukan kegiatan belajar secara
terus – menerus dan terjadi konsentrasi yang bermakna, jika pada mereka
disajikan kegiatan-kegiatan yang mnyenangkan baginya. Mereka akan
mempertahankan minatnya pada satu kegiatan jika memang di dalam kegiatan
tersebut terdapat sesuatu yang merangsang dan menyenangkan bagi dirinya.[3]
B. Karakteristik
Edutainment dalam PAUD
Berdasarkan
konsep (teori) belajar yang telah dipaparkan diatas, maka bisa ditemukan
beberapa prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment.
a. Konsep
edutainment merupakan rangkaian pendekatan guna menjembatani jurang yang
memisahkan antara proses mengajar dan proses belajar, sehingga diharapkan bisa
meningkatkan hasil belajar. Konsep ini dirancang agar proses belajar mengajar
dilakukan secara holistik dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari
bergbagai disiplin ilmu, seperti pengetahuan tentang cara kerja otak dan
memori, motivasi, konsep diri, emosi (perasaan), metakognisi, gaya belajar,
kecerdasan majemuk, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik
belajar lainnya.
b. Konsep
dasar edutainment, berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung
dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ada tiga asumsi yang menjadi
landasannya yakni:
1. Perasaan
gembira
Suasana
gembira akan mempengaruhi cara kerja otak dalam memproses, menyimpan dan
mengambil informasi dengan mudah. Dalam upaya menciptakan kondisi ini, maka
konsep edutainment mencoba memadukan antara pendidikan dan hiburan. Karena
seorang anak tidak bisa belajar secara efektif apabila anak tersebut dalam
keadaan stres. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka dan nyaman
tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi
orang tua agar relaks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak melebihi
kemampuannnya. Suasana pembelajaran yang diciptakan dapat merujuk kepada
atmosfir seperti di rumah, sehingga anak-anak menikmatinya dengan rasa rileks
dan terhindar dari berbagai tekanan yang akan menjadikan stres.[4]
2. Mengembangkan
emosi positif anak
Ketika
suatu pelajaran melibatkan suatu emosi yang positif yang kuat, umumnya
pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Oleh karena
itu, dibutuhkan kreatifitas guru dan orang tua untuk menciptakan
permainan-permainan yang dapat menjadi wadah dan sarana anak untuk belajar,
misalnya melalui drama, warna, humor, dan lain-lain.
3. Optimalisasi
potensi nalar anak secara jitu mampu membuat loncatan prestasi beljar secara
berlipat ganda.
Berbagai
neokorteks dari otak terbagi dalam beberapa fungsi khusus, seperti fungsi
bicara, mendengar, melihat, dan meraba. Jika ingin memiliki memori yang kuat
maka informasi harus disimpan menggunakan semua indra. Anak-anak umumnya
belajar melalui pengalaman konkrit yang aktif. Misalnya, untuk memahami konsep
”bulat” yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan
benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat, meraba, atau dnegan cara
menggelindingkan bola.[5]
c. Konsep
edutainment menawarkan suatu sistem pembelajaran yang dirancang dengan
satu jalinan yang efisien, meliputi diri anak didik, guru, proses pembelajaran
dan lingkungan pembelajaran. Konsep ini menempatkan anak sebagai pusat dari
proses pembelajaran, dan sekaligus sebagai subjek pendidikan. Bukan sebagai
objek pendidikan. Menurut konsep ini, proses pembelajaran terbaik yang perlu
diberikan kepada anak didik adalah proses pembelajaran yang diawali dengan
menggali dan mengerti kebutuhan anak didik. Sedangkan berangkat dari sini,
seorang pendidik harus bisa membawa anak didik, melalui suatu metode
pembelajaran yang benar, agar anak bisa berkembang sesuai dengan potensi mereka
seutuhnya.
d. Dalam
konsep edutainment, proses dan aktifitas pembelajaran tidak lagi tampil
dalam wajah yang menakutkan, tetapi dalam wujud yang humanis dan dalam
interaksi edukatif yang terbuka dan menyenangkan. Interaksi edukatif seperti
ini akan memnawakan aktifitas belajar yang efektif dan menjadi kunci utama
suksesnya sebuah kunci pembelajaran. Asumsinya, jika manusia mampu menggunakan
potensi nalar secara jitu, maka ia akan mampu membuat loncatan prestasi yang
tidak bisa diduga sebelumnya.[6] Apabila
dikontekskan, maka pendidikan anak usia dini harus dapat merangsang dan
membangun munculnya potensi dan kecerdasan anak, bukan mematikan potensi
tersebut. Oleh karena itu, pendidik anak usia dini perlu memahami
karakteristiknya, yaitu:
1. Anak
bukan miniatur orang dewasa
2. Anak
masih dalam tahap berkembang
3. Setiap
anak unik
4. Dunia
anak adalah dunia bermain
5. Anak
belum tahu benar salah
6. Setiap
karya anak berharga
7. Setiap
anak butuh rasa aman.
IV.
ANALISIS
Pada
dasarnya semua kegiatan yang ada di lembaga sekolah dengan peserta didik
berusia dini khususnya PAUD dan TK telah menerapkan konsep edutainment.
Hal itu berdasarkan pengamatan kami pada setiap pembelajaran yang ada di TK dan
PAUD. Konsep edutainment yang berarti penggabungan antara pendidikan dengan
hiburan memang tidak secara jelas mereka sebutkan. Namun, pada dasarnya sekolah
bagi anak usia dini selalu menerapkan atau menggunakan konsep fun yang
dikemas dalam bentuk permainan, eksperimen, nyanyian dan gerak yang semuanya
itu mencakup beberapa materi pelajaran yang harus anak-anak pahami.
Seperti
pembelajaran yang ada di PAUD BIAS (Bina Anak Sholeh) yang menerapkan kegiatan
dari Learning by Doing. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatakan
Confucius, yaitu :
What
i hear, I forget (apa
yang saya dengar, saya lupa)
What
I see, I remember (apa
yang saya lihat, saya ingat)
What
I do, I understand (apa
yang saya lakukan, saya paham)
Ustadzah
Tri, seorang guru di PAUD BIAS (Bina Anak Soleh) tersebut menyatakan bahwa beliau membiarkan anak
belajar wudhu, walaupun basah semua. Membiarkan anak belajar sholat meski hanya
satu rokaat. Beliau juga membiasakan do’a – do’a sesuai dengan konteks
kegiatannya, dan dilakukan dengan pendekatan habit forming agar anak
secara otomatis menguasainya.
Walaupun
anak-anak melakukan kesalahan dalam mempraktikan, misalnya wudlu dan sholat
tersebut, namun dengan membiarkan anak merasa nyaman dan tidak memarahinya
mereka akan lebih mudah untuk diberitahu secara perlahan. Jika dalam
pembelajaran kita melakukan pendakat persuasiv dan mengikuti kemauan
anak, maka anak tidak akan merasa terpaksa dengan adanya proses pembelajaran
yang berlangsung. Sehingga minimbulkan perasaan senang dan membuat siswa
kerasan disekolah.
V.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa konsep edutainment merupakan suatu
konsep yang menggabungkan antara pendidikan dan hiburan. Menurut konsep edutainment,
pendidikan dan hiburan yang dimaksud bisa dilakukan dengan menyelipkan humor
dan permainan (games) ke dalam proses pembelajaran, atau bisa juga
dengan cara yang lain, misalnya dengan menggunakan metode bermain peran (roleplay),
demonstrasi, dan menggunakan multimedia.
Beberapa
prinsip yang menjadi karakteristik dari konsep edutainment, yaitu :
1. Merupakan
rangkaian pendekatan guna menjembatani jurang yang memisahkan antara proses
mengajar dan proses belajar.
2. Berupaya
agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan
menyenangkan.
3. Menawarkan
sistem pembelajaran yang dirancang dengan satu jalinan yang efisien, meliputi
diri anak didik, guru, proses pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTARA
Hamruni, Edutainment
dalam Pendidikan Islam dan Teori-teori Pembelajaran Quantim, Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009
Suyadi, Psikologi
Belajar PAUD, Yogyakarta: PT. Bintang Pustaka Abadi (BiPA), 2010
Mariyana, Rita, Ali
Nugraha, Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta : Kencana, 2010
[1] Hamruni, Edutainment
dalam Pendidikan Islam dan Teori-teori Pembelajaran Quantim, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm 50
[3] Rita Mariyana,
Ali Nugraha, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2010),
hlm.9
[5] Suyadi, op.cit. hlm
230
[6] Hamruni, op.cit,
hlm 44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar